KOMPAS.com - Migrain termasuk masalah kesehatan yang dialami banyak orang. Menurut American Migraine Foundation, setidaknya 39 juta orang di dunia hidup dengan migrain.
Migrain bukan hanya sekadar sakit kepala yang parah, melainkan penyakit neurologis dengan berbagai gejala.
Misalnya nyeri yang berdenyut-denyut serta kepekaan berlebih terhadap cahaya dan suara.
Hingga saat ini belum diketahui secara pasti penyebab migrain. Tetapi ada dugaan jika riwayat keluarga dan lingkungan ikut berperan.
Jika salah satu atau kedua orang tua mengalami migrain, kemungkinan anaknya juga mengalami hal yang sama sebesar 50 persen.
Migrain dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia, jenis kelamin, ras, dan latar belakang.
Kendati demikian, migrain lebih sering terjadi pada wanita daripada pria. Faktor terbesarnya terkait dengan hormon. Selain itu, migrain paling sering muncul di usia 15-55 tahun.
Baca juga: Mengenal Tipe Migrain dan Cara Mengatasinya
Pemicu
Terkadang migrain bisa terjadi tanpa alasan. Namun ada faktor-faktor tertentu yang membuat migrain lebih mungkin terjadi.
Pemicunya dapat berbeda pada setiap orang. Mulai dari perubahan hormon, kurang tidur, perubahan cuaca, hingga stres dan kecemasan.
Migrain juga dapat terjadi karena konsumsi alkohol, kelaparan, dehidrasi, mencium aroma yang kuat, perubahan aktivitas, dan cahaya terang.
Malah ada makanan tertentu yang dapat memicu migrain. Sebut saja cokelat, keju tua, daging yang mengandung nitrat, anggur merah dan minuman beralkohol lainnya.
Makanan yang mengandung MSG, diasinkan, atau difermentasi juga dapat memicu migrain. Makanan lainnya adalah kafein, bawang, lentil dan kacang-kacangan, serta beberapa buah seperti alpukat.
Baca juga: Sering Migrain? Bisa Jadi karena Berat Badan Naik
Gejala
Pada beberapa orang, gejala migrain dapat berbeda-beda. Namun yang paling umum adalah kepala berdenyut hingga terasa nyeri di salah satu atau kedua sisi kepala.