Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penanganan Obesitas dengan Balon Lambung, Seperti Apa Metodenya?

Kompas.com - 08/07/2023, 07:22 WIB
Dinno Baskoro,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Obesitas merupakan masalah kesehatan serius yang berdampak pada kesehatan tubuh secara keseluruhan. 

Memahami faktor penyebabnya, dampak terkait hingga strategi penanganan yang efektif dapat membantu mengurangi dampak negatif dari kelebihan berat badan hingga meningkatkan kualitas hidup penderitanya.

Di era modern seperti sekarang ini, sudah banyak metode penanganan obesitas yang dinilai efektif dalam membantu proses penurunan berat badan.

Metodenya dapat dilakukan dengan mengubah gaya hidup, diet, terapi perilaku hingga bedah bariatrik yang kerap menjadi pilihan pasien jika beberapa metode sebelumnya tidak membuahkan hasil optimal.

Namun belakangan ini, muncul metode penanganan obesitas yang disebut balon lambung atau Intragastric balloon.

Baca juga: Biaya Operasi Bariatrik di Indonesia, Butuh Uang Minimal Rp 50 Juta

Metode yang disebut juga dengan program Allurion ini diperkenalkan di Amerika Serikat ini bisa dilakukan tanpa bedah. Sudah ada puluhan negara yang mengizinkan penggunaannya.

"Prinsip balon lambung yang berbahan dasar Polyurethane ini adalah membuat perut kenyang, karena sebagian ruang pencernaan di lambung terisi dengan balon,"

Demikian kata dokter spesialis gizi klinik, sekaligus Clinical Manager Jakarta Slimming Center, Dr. Nathania S. Sutisna, Sp.GK dalam keterangan persnya kepada Kompas.com.

Baca juga: Obesitas Pengaruhi Vitalitas Pria, Libido Rendah Jadi Risikonya 

Metode balon lambung untuk atasi obesitas

Clinical Manager Jakarta Slimming Center, Dr. Nathania S. Sutisna, Sp.GK menunjukkan ilustrasi balon lambung untuk mengatasi obesitas.Dok. Jakarta Slimming Center Clinical Manager Jakarta Slimming Center, Dr. Nathania S. Sutisna, Sp.GK menunjukkan ilustrasi balon lambung untuk mengatasi obesitas.

Prosedurnya dilakukan secara non invasif mirip seperti endoskopi dengan pasien menelan kapsul berbahan Polyurethane yang bisa mengembang.

Kapsul itu akan ditelan oleh pasien, lalu setelah mencapai lambung kapsul akan diisi dengan cairan food grade 550 ml untuk membuat balon mengembung di dalam.

Metode ini bertujuan untuk menciptakan sensasi kenyang serta perlahan mengubah pola makan hingga gaya hidup pasiennya.

Baca juga: Cegah Bayi Obesitas, Ini 6 Kebiasaan yang Harus Diterapkan Orangtua

Menurut dokter Nathania, berdasarkan data Allurion Technology, penurunan berat badan yang tercapai setelah melakukan pemasangan balon berkisar antara 10 hingga 15 persen dari berat badan awal, bahkan bisa lebih dari itu, tergantung dari kondisi pasien.

"Balon akan berada di dalam lambung sekitar 16 minggu atau 4 bulan. Dalam waktu itu, kondisi pasien akan dipantau dan direkomendasikan untuk mengubah gaya hidup sehat dengan pola makan seimbang dan olahraga rutin," tambah dokter Nathania.

Setelah empat bulan balon berada di dalam lambung, secara perlahan cairan di balon akan mengempis dan sisa-sisanya bakal terbuang melalui BAB.

"Data dari Allurion Technology menunjukkan, lebih dari 95 persen pasien dapat mempertahankan berat badannya selama satu tahun bahkan lebih," tambahnya.

Sebelum melakukan prosedur balon lambung, persiapan harus dilakukan jauh-jauh hari sampai pasien siap menerima perawatan lebih lanjut.

"Kita akan melakukan skrining, kita melihat indikasi medisnya. Ada atau tidaknya kontra indikasi, bisa atau tidaknya pasien ini dipasang balon lambung."

"Setelah itu, pasien diminta datang untuk menelan kapsulnya," pungkas dokter Nathania.

Baca juga: Pengaruh Obesitas pada Tubuh, Merusak Saraf, Otot sampai Mental 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com