KOMPAS.com - Penelitian terbaru membuktikan, orang yang melakukan pekerjaan dengan aktivitas fisik tingkat tinggi dalam jangka waktu lama lebih berisiko terkena demensia dan gangguan kognitif.
Hal ini berdasarkan kesimpulan para peneliti Norwegian National Centre of Ageing and Health, Columbia Mailman School of Public Health dan the Butler Columbia Aging Center.
Ada lima pekerjaan yang dijadikan contoh paling menuntut fisik, antara lain:
Baca juga: 3 Tanda Awal Demensia yang Sering Tidak Disadari
“Menunjukkan pentingnya mengembangkan strategi bagi individu dalam pekerjaan yang menuntut fisik untuk mencegah kerusakan kognitif,” tulis sejumlah peneliti itu.
Pekerjaan yang menuntut fisik dideskripsikan sebagai profesi yang membutuhkan banyak penggunaan lengan dan kaki serta menggerakkan seluruh tubuh, seperti memanjat, mengangkat, menyeimbangkan, berjalan, membungkuk, dan menangani material.
Penelitian dilakukan lewat salah satu studi demensia berbasis populasi terbesar di dunia yakni Studi HUNT4 70+ .
Dilakukan pengamatan bagaimana aktivitas fisik di tempat kerja antara usia 33 dan 65 tahun dikaitkan dengan risiko pengembangan demensia dan gangguan kognitif ringan setelah usia 70 tahun.
Berdasarkan analisis data 7.005 peserta, 902 di antaranya didiagnosis menderita demensia di kemudian hari.
Sebanyak 2.407 orang lainnya didiagnosis mengalami gangguan kognitif ringan.
Baca juga: Ternyata, Kepribadian Bisa Picu Gangguan Kognitif
Tim peneliti menemukan, orang yang melakukan pekerjaan yang menuntut fisik memiliki risiko 15,5 persen lebih tinggi terkena demensia atau gangguan kognitif.
Namun risikonya turun menjadi sembilan persen bagi mereka yang melakukan pekerjaan dengan tuntutan fisik rendah.
Meski demikian, diagnosis gangguan kognitif ringan belum tentu diikuti dengan demensia.
Risiko demensia akibat pekerjaan fisik tingkat tinggi ini mungkin ada kaitannya dengan kinerja otak.
“Tuntutan fisik yang lebih tinggi di masa dewasa akhir sebelumnya telah dikaitkan dengan volume hipokampus yang lebih kecil dan kinerja memori yang lebih buruk,” kata para peneliti, soal kaitan tersebut.
Baca juga: 10 Profesi dengan Risiko Perceraian Tertinggi dan Terendah