Kelompok tersebut pun ternyata lebih kecil kemungkinannya untuk mendapatkan pengobatan untuk depresi.
Hal ini dirilis dalam Study of Women's Health Across the Nation (SWAN), sebuah studi kohort multiras dan multietnis selama 25 tahun yang dimulai pada tahun 1996.
Studi ini melibatkan lebih dari 3.300 wanita paruh baya dan hingga kini masih berlangsung.
Menurut analisis data SWAN tahun 2022 antara wanita kulit hitam dan kulit putih, rasisme struktural memainkan peran penting dalam ketidaksetaraan kesehatan menopause antara wanita kulit hitam dan kulit putih.
Sejumlah besar penelitian telah mengeksplorasi hubungan antara menopause dan depresi.
Baca juga: 5 Pilihan Olahraga untuk Turunkan Berat Badan bagi Wanita Menopause
Perubahan hormon, masalah tidur, dan stres selama tahap kehidupan ini, di antara faktor-faktor lainnya, dapat berkontribusi pada peningkatan insiden depresi selama menopause.
Namun, menguraikan berbagai faktor yang dapat berkontribusi terhadap peningkatan risiko depresi selama menopause adalah hal yang rumit.
Beberapa faktor risiko terjadinya depresi selama menopause antara lain:
- Gejala vasomotor (rasa panas dan keringat malam).
- Riwayat depresi (terutama depresi yang berkaitan dengan perubahan hormonal seperti kehamilan atau siklus menstruasi).
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.