Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

8 Tanda Persahabatan "Red Flag" dan Perlu Diakhiri

Kompas.com - 28/05/2023, 09:09 WIB
Anya Dellanita,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Sumber SELF

KOMPAS.com - Hubungan persahabatan tentu bisa membuat hidup kita lebih berwarna dan tidak membosankan.

Selain itu, hubungan persahabatan juga membuat kita bisa memiliki seseorang yang bisa dijadikan sebagai tempat berbagi kisah dan saling memberi dukungan saat berada dalam situasi yang sulit.

Kendati demikian, tak dapat dipungkiri bahwa ada beberapa hubungan persahabatan yang "red flag" dan toxic, yang justru malah menyakiti kita secara fisik dan emosional.

Sebuah studi yang diterbitkan di Sage Journals pada tahun 2023 pun menemukan bahwa jika suatu hubungan persahabatan baik dan sehat, keterampilan mengendalikan emosi pun akan lebih baik. Bahkan, stres akan berkurang, dan tekanan darah lebih stabil.

Namun sebaliknya, hubungan yang tidak sehat bisa "merusak" seseorang.

Untuk itu, ada baiknya kita memahami red flag dari hubungan persahabatan dan segera memutuskan hubungan persahabatan toxic itu dengan cepat.

Baca juga: Ketahui, 5 Tanda Hubungan yang Toksik dan Cara untuk Meninggalkannya

Tanda persahabatan tidak sehat

Dilansir dari Self, berikut delapan red flag dari hubungan persahabatan tersebut.

Dia hanya berbicara tentang dirinya sendiri dan tidak peduli pada kita

Pernah punya seorang teman yang terus membicarakan hari-harinya, pekerjaannya, atau masalahnya tanpa pernah menanyakan sebaliknya? Atau malah mengalihkan topik saat hidup kita jadi sorotan?

Hati-hati, itu bisa jadi salah satu red flag dalam hubungan persahabatan. Sebab menurut terapis dan spesialis komunikasi hubungan asal Los Angeles Gabrielle Applebury, LMFT, semua orang berhak untuk dilihat dan didengar masalahnya, termasuk kita.

Perlu diingat, kecenderungan teman untuk mendominasi percakapan juga bisa menjadi tanda keterampilan komunikasi yang buruk, dan seorang sahabat sejati harus mau mendengar kisah hidup sahabatnya sendiri.

Itulah sebabnya Applebury mengatakan bahwa kita perlu mendiskusikan tentang masalah "berat sebelah" ini sebelum menentukan untuk memutuskan hubungan pertemanan itu atau tidak.

Persahabatan tampak sepihak

Tanda red flag dalam hubunagn persahabatan lainnya adalah saat sahabat terlalu sibuk sampai-sampai tidak mau mendengarkan curhatan kita.

“Kita semua pasti pernah memiliki teman seperti ini, tipe yang akan menelepon atau mengirim pesan tanpa menanyakan kabar kita dan satu jam kemudian ia seakan terlalu sibuk untuk membicarakan hidup kita,” kata Hope Kelaher, LCSW, penulis Here to Make Friends: How to Make Friends as an Adult.

Memang, semua orang pasti pernah dilanda kesibukan. Namun jika terlalu sering terjadi, kemungkinan besar itu menandakan bahwa sahabat kita tidak menghargai hubungan persahabatan yang selama ini kita jalin dengannya.

Baca juga: Simak, Hubungan antara Persahabatan dan Kesehatan Mental

Kita merasa berkewajiban untuk menjaga hubungan persahabatan.

Memaksa diri sendiri untuk mempertahankan hubungan yang toxic tentu melelahkan. Begitu juga dalam hal persahabatan.

Memang, mempertahankan hubungan persahabatan belum tentu didasari oleh adanya hubungan toxic. Kendati demikian, jika kita merasa bahwa hanya kita yang benar-benar ingin menjaga hubungan tersebut, itu bisa menjadi pertanda bahwa kita perlu meninggalkan teman kita ini.

Ingat, teman harus membuat waktu yang dihabiskan bersamanya terasa memuaskan, bukan melelahkan.

Ilustrasi orang-orang toxicFreepik Ilustrasi orang-orang toxic

Dia diam-diam bersaing dengan kita

Saat teman kita seakan tidak mau kalah dengan pencapaian kita, berhati-hatilah. Pasalnya, itu juga bisa menjadi salah satu tanda red flag dalam hubungan persahabatan.

Menurut Kelaher, sesekali merasa iri dengan sahabat sendiri memang wajar. Namun jika sahabat terus menerus "tidak mau kalah," kemungkinan besar itu menandakan bahwa ia tidak menganggap kita penting.

Untuk mengatasinya, kita bisa mencoba untuk mengungkapkan perasaan kita yang sebenarnya. Namun jika ia tetap tidak mau menerimanya, lebih baik jauhi saja.

Baca juga: Kenali, Rasa yang Terus Muncul dalam Hubungan Toksik

Sahabat kita tidak bisa meminta maaf dengan tulus.

Hubungan paling sehat pun tentu akan mengalami yang namanya pertengkaran, dan itu adalah hal yang wajar.

Namun tentu saja, terlepas dari besar-kecilnya masalah, setiap pertengkaran perlu diakhiri dengan komunikasi yang baik dan permintaan maaf saat membuat kesalahan.

“Tidak apa-apa membuat kesalahan dalam pertemanan, dan jelas itu akan terjadi dengan seseorang yang sudah Anda kenal cukup lama. Tetapi jika teman Anda tidak dapat meminta maaf atau dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya, tentu akan menjadi sulit untuk mempercayainya kembali," ujar Applebury.

Dia tidak menghormati batasan yang ditetapkan

Dalam hubungan persahabatan yang sehat, setiap pihak perlu memahami bahwa ada batasan tertentu. Misalnya saja, tidak ingin sahabat terus mengungkit tentang mantan kita atau terlalu mengorek kehidupan pribadi kita terlalu dalam.

Memang, sesekali melanggar batasan itu masih bisa dimaafkan. Namun jika sahabat terus menerus tidak mau menghargai batasan yang kita buat, itu bisa menjadi tanda bahwa hubungan persahabatan kita red flag dan toxic.

Baca juga: Ciri-ciri Hubunganmu dengan Orang Terdekat Bersifat Toksik

Terlalu ketergantungan satu sama lain

Menyayangi sahabat sendiri dan ingin selalu menghabiskan waktu dengannya merupakan hal yang wajar.

Namun jika kita mulai merasa tidak bisa berfungsi saat sedang sendirian dan seakan terlalu membutuhkan sahabat kita, itu bisa menjadi tanda red flag dalam hubungan persahabatan.

"Jika terlalu mengandalkan satu sama lain, hubungan terkadang bisa menjadi kodependen," kata Kelaher dan Applebury.

Perlu diingat, ketergantungan berlebih bisa membuat seseorang atau sepasang sahabat kehilangan identitas individu mereka.

Misalnya saja, selalu membutuhkan persetujuan orang lain saat membuat keputusan, atau menyadari bahwa kita tidak dapat menghabiskan waktu dengan orang lain karena takut membuat sahabat cemburu.

Padahal menurut Kelaher, agar hubungan persahabatan yang sehat berhasil, kedua belah pihak perlu menjaga harga dirinya sendiri sekaligus dapat tumbuh bersama dalam hubungan tersebut.

"Anda harus bisa memiliki hobi dan minat sendiri dan mendukung kemandirian teman Anda juga. Jika tidak, hubungan tersebut dapat melelahkan secara emosional," ujar Kalaher.

Bahkan, sebuah studi kecil yang berbasis di Inggris menemukan bahwa mereka yang berada dalam hubungan kodependen merasa lebih sering frustrasi dan disfungsi, dan sebagian dari mereka juga merasa kurang memiliki kesadaran diri yang jelas.

"Intinya, tidak baik untuk mengabaikan kebutuhan diri sendiri dan juga tidak adil untuk mengharapkan bahwa teman kita bisa memenuhi semuanya," ujar Applebury.

Perasaan berubah menjadi sangat buruk.

Seperti hubungan romantis, persahabatan mengalami pasang surut. Terkadang, kita merasa betah bersama sahabat, namun terkadang kita merasa sebaliknya.

Kendati demikian, ada perbedaan antara pasang surut dalam hubungan yang sehat dan hubungan toxic.

Studi pada tahun 2023 yang disebutkan di atas juga menyebutkan bahwa saat seseorang berada dalam hubungan yang tidak baik, ia akan lebih cenderung memikirkan hal negatif, seperti pertengkaran dan konflik, bukan hal positif.

Jadi, jika kita terus merasa gelisah saat bersama sahabat, kemungkinan besar hubungan itu tidak lagi cocok untuk kita dan dirinya.

Ingat, seorang sahabat atau teman tidak boleh membuat kita stres atau cemas, melainkan membuat dan mendorong kita untuk terus melakukan yang terbaik.

Baca juga: Cermati, Tanda-tanda Kamu Termasuk Pribadi yang Toksik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com