Meski berpikir positif bisa memberikan banyak manfaat, perlu diingat jika tidak ada yang bisa berpikir positif sepanjang waktu. Memaksa seseorang agar mengungkapkan emosi yang positif saja, bisa menahan mereka bercerita, dan membuatnya merasa buruk tentang diri sendirif.
Untuk menghadapi toxic positivity, seseorang harus memahami jika sebagai manusia kita tidak bisa mengontrol orang lain. Akan tetapi, kita bisa memilih dukungan yang diberikan orang lain lewat pandangan yang objektif dan tidak menyudutkan kita.
Baca juga: Lingkungan Kerja Toxic ala Milenial dan Gen-Z
Sebaiknya apabila ingin memberi semangat, jadilah pendengar yg baik untuk orang lain. Fokus mendengarkan merupakan cara terbaik untuk mendukung mereka. Kurangi memberi pernyataan berbalut nasihat, tanya saja apa yang bisa kita bantu untuk meringankan beban mereka.
Jangan membandingkan masalah yang sedang dihadapi, karena setiap orang punya masalah tersendiri dan tidak bisa disamakan. Tidak apa-apa untuk mengatakan, “Ayo semangat!” atau “Kamu bisa kok melakukannya!” Jika hal tersebut membantumu atau orang lain melewati kesulitan.
Simak pembahasan mengenai “Memiliki Teman yang Toxic Positivity” bersama Psikolog Anak Remaja, & Keluarga dari NTO. Novita Tandry, dalam siniar Anyaman Jiwa yang tayang setiap hari Rabu dan Jumat.
Nantikan pembahasan lain mengenai kesehatan mental, mulai dari area pekerjaan, hubungan percintaan, dan juga sebagai makhluk sosial, yang bisa diakses melalui tautan https://dik.si/aj_toxpos
Baca juga: Pandemi Timbulkan 5 Kebiasaan Kerja Toxic yang Rugikan Kesehatan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.