KOMPAS.com - Membatasi konsumsi gula harian sangat penting untuk kesehatan secara menyeluruh.
Tak hanya meningkatkan berat badan, gula tambahan yang tidak alami juga bisa memicu risiko diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan obesitas.
Baca juga: 10 Tanda Kadar Gula Darah Tinggi yang Sering Diabaikan
Maka penting sekali kita untuk bersikap jeli untuk menakar jumlah gula yang dinikmati setiap hari, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Gaya hidup kekinian membuat kita rentan mengonsumsi gula tambahan, dalam segelas kopi, jus, kue, dll.
Beth Czerwony, RD, LD. ahli nutrisi dari Cleveland Clinic mengungkapkan jika gula tambahan adalah pemanis yang ditambahkan ke makanan saat sedang diproses dan disiapkan.
Zat tersebut memang membuat makanan terasa lebih lezat tapi juga menambah banyak kalori tanpa manfaat nutrisi yang nyata.
“Selain selera yang menyenangkan, tubuh Anda tidak mendapat manfaat dari gula tambahan,” tegas Czerwony.
Baca juga: Efek Racun Konsumsi Gula Tambahan
Pedoman diet di Amerika Serikat merekomendasikan kadar gula tambahan berkisar 10persen dari asupan kalori harian kita.
Jika kita mengonsumsi 2.000 kalori sehari, sebaiknya tidak lebih dari 200 kalori tersebut berasal dari tambahan gula.
Jumlah tersebut setara dengan 12 sendok teh gula tambahan, atau sekitar satu kaleng soda.
Ironisnya, gula tambahan sering kali sulit dihindari dalam makanan atau minuman kemasan.
Baca juga: 56 Nama Lain Gula dalam Kemasan Makanan, Ini Daftarnya
Berbagai nama berbeda juga dipakai sehingga bisa menipu kita yang tidak jeli.
Sejumlah alias dari gula tambahan yang banyak dipakai di pasaran antara lain:
“Melihat label itu penting jika Anda ingin mengatur asupan gula,” kata Czerwony.
Baca juga: 7 Langkah Mudah Membaca Label Nutrisi di Kemasan Makanan dengan Benar