Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Menyesal Membuat Tato? Pahami Kaitannya dengan Disonansi Kognitif

Kompas.com - 06/10/2023, 10:00 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

KOMPAS.com - Ada banyak orang yang tak berpikir panjang ketika hendak membuat tato di tubuhnya.

Bahkan, kita mungkin pernah mendengar cerita dari orang yang membuat tato saat mabuk dan tak sadar.

Di sisi lain, jika pun kita sudah berpikir dan menimbang masak-masak tentang gambar yang akan ditorehkan di tubuh, bukan berarti kita tak akan pernah menyesal.

Tidak ada jaminan bahwa kita akan terus menyukai tato yang menghiasi tubuh kita tersebut.

Berdasarkan hasil survei berskala besar yang baru dirilis, lebih dari 25 persen orang di  Amerika Serikat menyesali tato di tubuh mereka.

Baca juga: Perlu Tahu, Tahapan Perawatan Setelah Pembuatan Tato

Bence Nanay, Ph.D., profesor filsafat di Universitas Antwerpen dan Universitas Cambridge, serta pemegang Hibah ERC senilai jutaan Euro untuk mengintegrasikan filsafat, psikologi, dan ilmu saraf, membahas mengenai hal ini.

Nanay menyebut, kita mungkin berpikir bahwa 25 persen adalah rasio yang tinggi.

Tetapi ketika kita mempertimbangkan perubahan yang sangat cepat dari preferensi estetika, angka ini sebenarnya sangat rendah.

Kita tahu bahwa preferensi estetika berubah dengan sangat cepat.

Temuan terbaru menunjukkan bahwa kita berubah pikiran tentang musik, film, dan seni visual sesering dua minggu sekali.

"Dan tidak ada alasan untuk percaya bahwa seni tato akan menjadi pengecualian," kata Nanay.

Bahkan jika kita merasa bahwa tato yang kita miliki adalah desain terindah yang pernah ada saat kita membuatnya setahun lalu, sangat kecil kemungkinannya kita memiliki rasa yang sama sekarang.

"Kita mungkin berpikir: mungkin ada sebagian orang, tapi tidak bagi saya," sambung Nanay.

"Dan kita memang sangat pandai menyangkal kemungkinan bahwa preferensi estetika kita akan berubah," sebut dia lagi.

Ini, menurut Nanay, adalah kasus khusus dari pemahaman End of History Illusion -fenomena psikologis yang sudah mapan yang menunjukkan bagaimana kita (secara keliru) menganggap diri kita sebagai produk jadi.

Kita mungkin telah berubah di masa lalu - kita berbeda dengan diri kita lima tahun yang lalu - tetapi itulah akhir dari cerita. Mulai sekarang, kita tidak akan berubah lagi.

Baca juga: 4 Trik Jitu agar Proses Bikin Tato Tidak Terasa Sakit

Bias ini juga berlaku untuk preferensi estetika. Kita mungkin menyukai musik yang berbeda lima tahun yang lalu, tetapi kita yakin bahwa kita akan terus menyukai jenis musik yang sama sekarang.

"Seperti yang ditunjukkan oleh penelitian End of History Illusion, kita secara konsisten selalu salah dalam hal ini," sebut Nanay.

"Jadi, kita akan -atau setidaknya harus- kurang menyukai tato kita seiring berjalannya waktu," tegas dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com