Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/11/2023, 16:25 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com - Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi penyakit yang mengancam dengan jumlah kasus kematian yang tinggi. Data Kementrian Kesehatan RI tahun 2022 mencatat, ada 143.266 kasus DBD dengan 1.236 kematian dengan jumlah korban terbanyak adalah anak usia 0-14 tahun.

Penelitian juga mengungkap, pemanasan global yang terjadi membuat nyamuk lebih mudah berkembang biak. Oleh karena itu masyarakat harus tetap waspada untuk mencegah penularan penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti ini.

Beberapa gejala DBD yang timbul di antaranya demam mendadak tinggi 2-7 hari, pusing atau sakit kepala, mual atau muntah, sakit perut, dan nyeri otot.

Selanjutnya, penderita juga akan mengalami diare, pendarahan (gusi berdarah, muntah darah, mimisan, BAB berdarah, dan bintik-bintik merah), merasa lemas atau lemah, serta tangan dan kaki dingin dan lembab.

Pertolongan pertama penyakit ini adalah konsumsi parasetamol untuk menurunkan demam, serta konsumsi cairan elektrolit. Pasien juga sebaiknya mendapat pertolongan di puskesmas atau rumah sakit.

Baca juga: Waspada, Gejala DBD dan Influenza Mirip, Berikut Cara Membedakannya

Pencegahan DBD

Dalam rangkan perayaan Hari Kesehatan Nasional ke-59, Kementerian Kesehatan dan Takeda menghadirkan Kader JUMANTIK daerah Jakarta sebagai peningkatan peran serta dalam acara bertajuk Langkah Bersama Cegah DBD dengan #Ayo3mplusVaksinDBD bersama Kader Jumantik (11/11/2023).

Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta, dr.Ngabila Salama mengatakan, tantangan memberantas dengue semakin berat mengingat tingginya pertumbuhan dan mobilitas penduduk.

“Di DKI Jakarta, pemerintah provinsi terus menggalakkan implementasi program JUMANTIK. Program ini memiliki peran yang signifikan dalam pemberantasan sarang nyamuk penyebab dengue, mengingat masih kurangnya upaya pencegahan penyakit DBD oleh masyarakat," katanya.

Baca juga: Vaksin DBD Tersedia di Indonesia, Begini Syarat untuk Mendapatkannya

Cara mencegah DBD dengan 3M plus adalah dengan kegiatan menguras penampungan air, menutup tempat penampungan air, dan memanfaatkan benda-benda yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk DBD.

Sebagai inovasi penanganan DBD, vaksinasi dengue juga dapat menjadi pilihan. Saat ini, terdapat dua vaksin dengue yang telah mendapat izin edar dari Badan POM RI, yakni vaksin DENGVAXIA produksi Sanofi Pasteur pada 31 Agustus 2016 dan vaksin QDENGA produksi Takeda pada 22 Agustus 2022.

Menurut dokter spesialis anak Attila Dewanti, vaksinasi DBD untuk anak-anak dan orang dewasa direkomendasikan oleh organisasi medis di Indonesia.

"Vaksin secara klinis dapat mencegah keparahan dengue dengan profil keamanan yang baik. Saat ini vaksinasi DBD dapat diberikan kepada seluruh anggota keluarga dengan rentang umur 6-45 tahun dengan anjuran dokter," katanya.

Presiden Direktur, PT Takeda Inovative Medicines, Andreas Gutknechet, menyampaikan komitmennya terhadap penanggulangan dengue di Indonesia.

“Takeda berkomitmen lebih dari sekadar menyediakan vaksin untuk mencegah DBD, kami juga terus berkomitmen melalui kemitraan publik dan privat yang kuat, seperti edukasi Kader Jumantik saat ini," katanya.

Baca juga: Ketahui Pertolongan Pertama Demam Berdarah Dengue Menurut Dokter

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com