Quiet quitting juga memberikan lebih banyak waktu untuk kegiatan yang lebih memberikan semangat baru misalnya bersosialisasi.
“Waktu berkualitas yang dihabiskan secara positif dengan teman dan keluarga adalah bahan utama untuk meningkatkan kesejahteraan mental kita,” kata Taylor.
Ironisnya, perilaku kerja seperlunya di kantor ini juga bisa meningkatkan produktivitas kita.
Sebabnya, kita berusaha memastikan untuk tetap dapat memiliki waktu beristirahat sehingga berupaya meningkatkan efektivitas ketika di kantor.
Namun, manfaat lainnya adalah quiet quitting memberikan otak kesempatan untuk memproses peristiwa hari itu.
"Dapat membantu Anda memecahkan masalah dari perspektif yang berbeda," pungkasnya.
Baca juga: Kenali Hustle Culture, Gila Kerja yang Bisa Berujung Kematian
Hal yang juga perlu dipertimbangkan, quiet quitting bisa membahayakan posisi kita di kantor sehingga berisiko kehilangan pekerjaan.
Chambers mengatakan, perilaku ini juga memiliki efek yang merugikan pada kepuasan pribadi yang biasa kitarasakan.
"Quiet quitting kemungkinan akan menurunkan rasa keterlibatan, tujuan, dan kepuasan kita, yang merupakan faktor dalam kesejahteraan mental dan fisik kita," jelasnya.
Hal ini membuat kita merasa pekerjaan yang dijalani tidak bermakna, tidak berguna, dan membosankan.
Baca juga: Atasan Memberi Pekerjaan di Luar Jobdesk? Begini Cara Menolaknya
Taylor menambahkan, riset membuktikan jika kurang termotivasi dan kurang terlibat dalam pekerjaan dapat mengakibatkan tingkat depresi yang lebih tinggi di antara karyawan.
Efektivitas quiet quitting untuk kesehatan mental juga bergantung pada individu masing-masing.
Bagi yang berambisi mendapatkan karier cemerlang atau senang melampaui rekan kerjanya, hal ini tidak memberikan dampak baik.
Namun, untuk sebagian lainnya yang menganggap pekerjaannya hanya sebagai 'sumber nafkah' maka status quo ini adalah solusi yang terbaik.
Baca juga: Segera Resign! Ini Tanda-tanda Kita Harus Mencari Pekerjaan Baru
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.