KOMPAS.com - Bagi Dustin Worth, hidup di balik meja, tanpa melakukan aktivitas fisik yang signifikan, merupakan keseharian yang terus mewarnai perjalanan hidupnya.
"Aku gak bisa mengingat kapan momen di dalam hidupku yang memaksa aku beranjak dari tempat duduk," kata Worth mengawali kesaksiannya.
Bahkan, jauh sebelum menginjang usia dewasa, Worth kecil hanya aktif bermain saxophone, tanpa berolahraga.
"Saya juga enggak ngerti soal makanan yang sehat," sambung dia.
Tak hanya buta dengan makanan sehat, Worth kecil tak henti-hentinya ngemil. Bahkan, kebiasaan itu berlanjut hingga dia berusia 20an.
Tahun demi tahun berlalu, dan bobot badan Worth kian menumpuk. "Bukan menyadari kondisi buruk tersebut, aku malah kerap menyangkalnya," kata dia.
Baca juga: Cerita Pria Pembenci Diet dan Gym yang Turunkan Berat Badan 45 Kg
"Saya menjadi seperti orang yang terus berbelanja dengan kartu kredit, tanpa mengontrol tagihan yang muncul," cetus dia.
Sebagai bagian dari penyangkalannya, Worth pun tak pernah mau menginjakkan kaki di atas timbangan.
Bukan hanya itu, dia pun kerap menolak ajakan foto bersama karena takut berhadapan dengan kenyataan bahwa badannya sudah mengalami kegemukan.
Berat badan yang menyiksa
Hingga akhirnya, pada awal tahun 2015 berat badan Worth sudah mencapai 122 kilogram.
"Tentu saja, kala itu aku adalah seorang pria yang amat berbahagia. Bagaimana tidak? Saya menikahi seorang perempuan yang luar biasa, yang memberiku tiga orang anak."
"Aku pun punya pekerjaan yang bagus di Apple. Belum lagi, hobi photography yang sudah aku jalani sekian lama, mulai dipublikasikan secara internasional," papar Worth.
Kendati demikian, setiap harinya Worth menghabiskan waktu hingga 10 jam di belakang meja, sambil terus menyantap fastfood.
Baca juga: Cerita Brittany May, Turunkan Berat Badan hingga 153 Kg dalam 2 Tahun
Selanjutnya, muncul keluhan sleep apnea.