KOMPAS.com - Gangguan obsesif kompulsif atau obsessive compulsive disorder (OCD) adalah gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan pikiran dan tindakan berulang yang tidak terkendali.
Obsesi dan kompulsi bisa berbeda untuk setiap individu.
Ada pun berbagai tingkat gejala OCD, mulai dari yang ringan hingga parah.
Penderita OCD bisa memiliki pikiran yang mengganggu (obsesi), tindakan untuk mengatasi pikiran (kompulsi), atau keduanya.
Baca juga: Pikiran dan Tindakan yang Menandakan Gejala OCD, Kamu Salah Satunya?
Seseorang dikatakan mengalami OCD jika obsesi atau kompulsi mulai memengaruhi aspek kehidupan kita, seperti pekerjaan, sekolah, dan hubungan dengan orang lain.
Dorongan pikiran yang berulang, atau gambaran mental yang memicu kecemasan termasuk obsesi.
Obsesi yang tidak wajar kemungkinan tidak disadari oleh penderitanya.
Atau, kita sudah menyadari jika kita sudah terobsesi akan sesuatu, namun kesulitan untuk menghentikan pemikiran tersebut.
Berikut ini beberapa kategori yang termasuk dalam obsesi:
Kita merasa khawatir menyentuh kuman, kotoran, dan bahan kimia rumah tangga karena takut bahan tersebut akan mencemari kita.
Juga, kita khawatir akan kemungkinan dapat mencemari orang lain.
Selain itu, kita merasa takut apabila seseorang yang dinilai tidak baik atau jahat dapat merugikan kita.
Kita mungkin takut menyakiti diri sendiri atau orang lain. Terkadang kita juga mengingat ulang gambaran kekerasan dalam bayangan kita.
Penderita OCD berulang kali memikirkan perilaku seksual yang tidak pantas, kasar, atau tabu seperti seks sedarah (incest), seks dengan binatang, dan sebagainya.
Kita terlalu memikirkan benar dan salah, serta membayangkan konsekuensi dari sebuah kesalahan.
Baca juga: Tanda-tanda Anak Mengidap OCD, Perlu Perhatian Orangtua
Orang yang menderita OCD merasa harus mengerjakan sesuatu dalam urutan tertentu.
Jika meletakkan barang, maka barang itu harus sempurna, tepat, atau simetris.
Kita menganggap angka atau warna tertentu sebagai sesuatu yang buruk.
Penderita OCD takut menjadi penyebab peristiwa yang mengerikan, atau merugikan orang lain karena kita kurang berhati-hati dalam bertindak.
Bahkan, kita takut bertindak berdasarkan dorongan hati dan takut memikirkan konsekuensi dari tindakan itu.
Kita bisa memiliki rasa takut membuat kesalahan atau kekhawatiran obsesif akan kebenaran.
Jika ada sesuatu yang salah atau tidak lengkap, kita akan bertanya-tanya apakah hal itu akan memengaruhi orang lain atau tidak.
Kompulsi adalah perilaku berulang yang dimaksudkan untuk meredakan kecemasan akibat obsesi.
Baca juga: 11 Fakta tentang OCD, Gangguan Obsesif Kompulsif
Seiring waktu, kompulsi menjadi respons otomatis terhadap obsesi.
Tidak mampu melakukan kompulsi akan menyebabkan stres.
Kompulsi umum meliputi:
Perilaku berlebihan atau melibatkan langkah-langkah tertentu yang teliti seperti sering mencuci tangan atau membersihkan meja bisa menandakan kita memiliki kompulsi.
Jika kita merasa perlu memastikan kita sudah mengunci pintu depan atau mematikan listrik lebih dari sekali atau dua kali, kebiasaan kita dapat digolongkan sebagai kompulsi.
Hal ini mungkin didorong oleh ketakutan akan terluka atau dinilai tidak bertanggung jawab.
Mengulangi aktivitas sehari-hari, seperti bangun dari kursi tiga kali sebelum bekerja dapat memenuhi syarat sebagai kompulsi.
Apalagi, jika hal itu didorong oleh takhayul, atau ketakutan jika kita atau orang lain terluka.
Memastikan barang atau benda diletakkan dengan cara tertentu bisa menjadi respons terhadap obsesi kita yang ingin agar hal-hal ditata secara tepat dan simetris.
Jika kita berpikir sudah melakukan tindakan tidak bermoral, kita merasa harus berdoa demi mendapatkan pengampunan.
Jika kita memiliki obsesi dan berperilaku kompulsif yang mengganggu aktivitas sehari-hari, cobalah berkonsultasi dengan ahli seperti psikiater.
Baca juga: Pola Diet yang Tepat bagi Penderita OCD
Untuk memastikan pasien menderita OCD atau tidak, ahli atau psikiater akan mengajukan beberapa pertanyaan seperti:
Jika jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan di atas adalah "iya", dan kita merasa tertekan, penyedia layanan kesehatan akan melakukan evaluasi lebih lanjut.
Setelah pasien didiagnosis menderita OCD, ahli atau psikiater dapat memberikan rencana perawatan untuk membantu pasien mengatasi gejala OCD dengan melihat tingkat keparahan, apakah itu ringan, sedang, atau parah.
Perawatan OCD yang umum yaitu terapi perilaku kognitif seperti pencegahan paparan dan respons.
Pencegahan paparan dan respons adalah sejenis terapi yang memaparkan kita pada skenario yang memicu obsesi sekaligus mencegah kita mempraktikkan perilaku kompulsif sebagai respons.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.